Beranda / Pendidikan / Santri Berprestasi Nyaris Tewas Dianiaya Kakak Kelas di Pesantren Al Masduqiyah Kraksaan Probolinggo

Santri Berprestasi Nyaris Tewas Dianiaya Kakak Kelas di Pesantren Al Masduqiyah Kraksaan Probolinggo

Probolinggo – Dunia pendidikan kembali tercoreng oleh tindakan kekerasan di lingkungan pesantren. Seorang santri berprestasi asal Pondok Pesantren Al-Masduqiyah, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, bernama Sultan Sakti Zahirul Ashrofi, menjadi korban penganiayaan berat yang diduga dilakukan oleh kakak angkatan dan ketua kamar asrama.

Peristiwa memilukan itu terjadi sehari menjelang Hari Raya Idul Adha 2025. Berdasarkan keterangan yang dihimpun, kejadian bermula ketika Sakti dipanggil oleh seorang teman bernama Habibi untuk datang ke kamar Al-Ikhlas 2. Tanpa curiga, Sakti memenuhi panggilan tersebut. Namun sesampainya di kamar, ia langsung disergap dan dianiaya secara brutal oleh beberapa penghuni kamar lainnya yang telah menunggu. Salah satu dari mereka bahkan bertugas menjaga pintu agar korban tidak bisa melarikan diri.

Sakti dipukul berkali-kali di bagian kepala dan dada hingga tersungkur ke lantai. Tak berhenti di situ, ia dipaksa bangun hanya untuk kembali dihajar hingga terjatuh lagi. Dalam kondisi lemah dan tersungkur, tubuhnya diinjak secara bergantian hingga korban kesulitan bernapas.

Pasca kejadian, korban tidak berani melapor kepada pengurus pondok karena khawatir akan mengalami kekerasan lanjutan seperti yang pernah dialaminya sebelumnya. Upaya Sakti untuk menghubungi orang tuanya pun dihalangi oleh pengurus dengan alasan khawatir ia akan meminta dijemput, mengingat kondisinya yang luka-luka dan memar di berbagai bagian tubuh seperti kepala, bahu, punggung, paha, dan perut.

Tak sanggup lagi menahan rasa sakit dan tekanan mental, pada tanggal 17 Juni 2025, Sultan Sakti akhirnya nekat kabur dari pondok. Ia berjalan kaki sejauh 25 kilometer menuju rumah bibinya. Dalam kondisi lemah, Sakti kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polres Probolinggo dengan didampingi oleh pamannya.

Orang tua korban yang mendapat kabar langsung mendatangi pondok pesantren untuk meminta penjelasan dan penyelesaian atas insiden tragis ini. Namun hingga tiga hari setelah pelaporan resmi dilakukan, pihak pesantren belum memberikan klarifikasi maupun tindakan atas dugaan penganiayaan berat yang dialami oleh santri tersebut.

Hingga berita ini diturunkan, kasus ini masih dalam penanganan pihak kepolisian, sementara pihak keluarga korban berharap adanya keadilan dan perlindungan hukum terhadap anak mereka.